Selasa, 22 November 2011

Cepat Sembuh Mama (Karya Siswa Al Azhar 19 Cibubur)





By: Khoyrunnisa


Aku hanya diam, mematung saat aku mendengar ibu berkata seperti itu. “Apa bu? Ulang deh, ulang coba. Ngomong apaan barusan?”
                “Ibu harus dirawat di rumah sakit”, Ibuku berkata sekenanya.
                “Hah? Ngapain?”
                “Ibu sakit”, ia menjawab sekenanya lagi. “Rahim ibu kayaknya harus diangkat”
                Aku terdiam. “Kenapa?” Aku bertanya setelah lima detik atau lebih berlalu.
                “Ada penyakit hormonal di rahim ibu. Namanya adenomiosis”.
                “Tapi…. Amit-amit ya bu, bukan kanker kan?” aku bertanya setengah bercanda. Namun raut wajah ibu menjadi serius. Aku mulai menyadari bahwa; ini bukan lelucon. Ini buka lelucon belaka. Pertanyaanku buka lelucon biasa.
                Ibu dengan muka tertunduk, mengangguk. Jleeeb!!! Anggukan ibu seperti pisau yang dihantamkan ke dadaku. Aku hanya bisa tercengang, “Terus di rumah sakit ntar ngapain?”
                “Ya, dirawat. Dioperasi”.
                Kejadian ini terjadi dua bulan yang lalu. Aku masih mengingatkannya di dalam pikiranku. Tak bisa terbayangkan olehku, ibuku, baru berumur 35 tahun, operasi pengangkatan rahim? Terus, dia ditemenin sama siapa? Sama ayah? Ngga mungkinlah! Mereka udah cerai empat tahun lalu. Tapi ibuku termasuk orang yang tegar. Banyak cobaan menghadangnya. Namun, dia tidak pernah menyerah. Makanya aku menjadikannya sebagai penutanku.
                Saat operasi dua bulan lalu dilakukan, Alhamdulillah, rahimmnya tidak jadi diangkat. Biang kerok penyakitnya itu cukup dilaser, menggunakan alat-alat canggih zaman sekarang.
                Ku kira, setelah itu penyakitnya tidak akan kambuh lagi. Tetapi takdir berkata lain. Sekitar seminggu yang lalu, ibuku mengajakku makan di sebuah restaurant. Ia menceritakan bahwa, penyakitnya dating lagi. Dan, penyakitnya ini sudah stadium empat. Jika sudah stadium lima, dinyatakan kanker. Jadi mau ngga mau, rahimnya harus diangkat.
                “Ya ampuuun ibu… sabar ya. Ibu ngga sedih?”
                “Ngga dong, sayang. Semua musibah pasti punya hikmah. Coba kalau rahim ibu ibu diangkat…?”
                “Ibu ngga menstruasi lagi.”
                “Terus kalau ibu ngga dapet lagi…?”
                Aku berpikir keras selama satu menit, atau lebih. “Ibu bisa beribadah sama Allah tanpa henti. Ibu bisa solat terus, puasa penuh tanpa halangan.”
                Ibu memelukku. “pinter.”
                Sekarang aku tinggal menunggu tanggal 2 November 2011 datang, dimana operasi yang mempertaruhkan nyawa itu tiba. Dimana akan ditentukan, apakah ibuku akan selamat, atau tidak.
                Semua, mohon doanya ya..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar