Minggu, 27 November 2011

Antara Manggung, Hand Phone, dan Ine Febriyanti



Oleh: Nuri


Minggu, 27 Nopember 2011 saya menjadi saksi hidup atas apa yang terjadi dengan pacar saya, Paunk (baca:Mbem) yang harus menukarkan sesuatu dengan sesuatu yang akhirnya semua rasa tercampur menjadi satu, halaaah. Karna hidup banyak rasa uuuy.. Hari ini pun menjadi “sesuatu”.
Jadi gini, si mbem sang drummer betawi tulen pagi ini mau MANGGUNG di sebuah panggung hiburan pinggir jalan sekitar HI di acara car free day. Manggung dengan bermain drum bersama bandnya adalah impian mbem dan suatu hal yang membuat mbem bahagia luar biasa. Disini saya dipercaya untuk menjadi dokumentasi seksi. Eh kebalik, seksi dokumentasi maksudnya, untuk meliput aksinya. Yup pagi-pagi buta jam 7 kami berangkat ke HI, walaupun saya belum mandi hahahaha..
Satu per satu personel band datang hingga semuanya sudah berkumpul, setelah menunggu 30 menitan akhirnya bandnya dipanggil, mbem pun semangat sekali dengan membawa benda kesayangannya, sumpit drum, langsung aja dia melompat ke panggung. Saya pun siap beraksi dengan kamera saya. Mbem yang susah mingkem ampe asem, kontan membuat saya siok karena ternyata mbem bisa mingkem kalo main drum! Tapi tetep ganteng kok. Senang sekali melihat semangatnya. Seusai perform, kami istirahat dengan teman-teman bandnya. 







          “Ndut, kita mau makan-makan dulu di Mc.D kemang” kata mbem
          “HAAH JAUH AMAT KE KEMANG, di Sarinah kan ada, lebih deket” kata saya
          “Yah ga papa kan aku yang nyetir naek motor” kata mbem
          Kata-kata dari mbem melemahkan hati saya hingga membuat saya menyerah dan “Oke dah yuk berangkat.”
          “Ada yang ketinggalan ga ndut?” mbem mengingatkan
          “Ga ada sayang”


Kami pun berpencar berhamburan kesana kemari menuju parkiran masing-masing karena dari awal berangkat kita berpencar menuju satu titik, kemudian berpencar lagi untuk menuju satu titik. Mengerti maksud saya? Oke kita lanjutkan. Di perjalanan, yang belum jauh dari HI, tiba-tiba penyakit mbem kambuh. Penyakit ini secara normal dialami oleh orang berusia 70-an baik pria maupun wanita.  Penyakit ini bisa membuat orang yang mengalaminya tidak bisa ingat dengan apa yang sudah atau baru ia lakukan. Kamu tau apa? Yup, benar! kamu pintar sekali. PIKUN jawabannya.
         
          “Ndut liat HAND PHONE aku ngga?” kata mbem
          “Ngga ada di aku mbem” jawab saya
          “Coba liat di tas aku deh ndut, cariin ada di situ ngga?” pinta mbem
Dengan motor sedang dalam keadaan berjalan, mbem memberikan tasnya yang berada di depan ke saya yang sedang dibonceng di belakang. Saya menerima ta situ, dan mulai melaksanakan perintahnya, mengaduk-aduk isi tas mencari benda kecil itu, namun hasilnya.
          “Ga ada mbem, emang terakhir kamu taro dimana?”
          “Ga tau ndut lupa” Jawab mbem dengan polosnya


Kamu bisa bayangkan kan? Belum ada 60 menit perasaan saya saat terakhir ia sebelum manggung, ia lupa kapan  terakhir memegang hapenya dan ditaro dimana. Karena penasaran, ia pun menghentikan motornya di pinggir jalan kuningan dan mencari hapenya di saku jaket, celana, tas dia, tas saya, namun nihil. Saya sms hapenya, namun nonakif. Penasaran mbem bertambah akhirnya kita putar balik menuju HI. Terdengar suara ayu ting-ting -Kesana kemari mencari si henpon. Namun yang kucari sudah tidak ada, sayaaaaang, yang kuterima segagang sapu, membuat aku frustasi dibuatnya-
Pahit menerima kenyataan, mbem ting-ting belum menyerah, ia masih masih merasa punya harapan, mungkin saja hapenya terbawa oleh teman bandnya. Kami pun tetap berangkat ke Mc. D kemang menyusul teman-temannya. Sekejap suasana menjadi mencekam, diam tanpa suara. Tiba-tiba mbem memecahkan keheningan dan menciptakan keramaian saat,
          “Ndut aku lagi inget-inget ini terakhir aku naro hape dimana, masalahnya aku bener-bener lupa sama sekali terakhir hape aku dipegang. Tau-tau ilang” mbem menjelaskan seolah tau kegelisahan saya
          “Hahahahaha” saya tertawa lumayan keras sampai orang-orang di sekitar jalan menengok ke arah kami. “Hah jadi dari tadi kamu diem tuh lagi mikirin itu mbem? Yauda moga aja beneran kebawa sama temen kamu” Saya berusaha menenangkan
          Sesampainya di Mc.D teman-temannya taka da yang tahu tentang keberadaan hapenya. Tak mau terhanyut dengan rasa sedihnya, mbem langsung memesan makanan dan makan dengan lahap. Diam-diam saya memperhatikan. Mbem selalu terlihat ceria apapun situasinya. Saya suka itu. Berbeda 180 derajat dengan saya yang tidak bisa menyembunyikan situasi hati saya di raut wajah saya. Di sela-sela makan, ia tanya-tanya ke saya soal undangan yang saya berikan ke mbem via facebook yaitu sebuah acara nonton dan diskusi film karya INE FEBRIYANTI –salah satu idola mbem- Hah saya pikir ia tidak tertarik dengan acara itu mengingat acara itu tentang film, bukan band. Karena ada mba Ine itu makanya ia mau datang ke acara tersebut.
Selesai makan, kami melanjutkan perjalanan ke kineforum di TIM. Namun acara masih 2 jam lagi akhirnya mbem memutuskan untuk ke Gallery Indosat Sarinah terlebih dahulu untuk membuat kartu sim baru dengan nomor hape yang sama. Malang-malang putung ternyata disana ramai sekali antriannya. Mbem rela menunggu, hingga tertidur. Karena saya tidak betah tak ada yang bisa diajak mengobrol, dan kondisi ruangan yang panas, saya kabur ke tempat yang dingin yaitu Matahari. Yup matahari yang satu ini dingin. Setengah jam kemudian saya kembali ke mbem, ternyata dia sudah bangun, namun nomor antrean masih sangat lama. Saya pun terbang lagi ke matahari, karena saya pikir mbem bakal tidur lagi. Saat saya mulai bosan di matahari, setengah jam kemudian saya kembali lagi melihat kondisi mbem dan memastikan jadi ke TIM atau tidak karena 15 menit lagi, acara dimulai. Hah tak kusangka, tak ku kira, ternyata antrean pun juga masih lama.
          “Jadi ke TIM ga kita, dah mau mulai ni acaranya?” Tanya saya
          “Jadi. Tapi nanggung ni antreannya bentar lagi.” Jelas mbem


Sekitar 20 antrean lagi, kami pun memutuskan untuk menunggu berarti sekitar setengah jam lagi. Hmm mbem memang tak seheboh dan terlihat kurang semenggah dengan film. Berbeda dengan mbem yang saya kenal dulu sekitar 4 tahun lalu. Dulu dia sering berorasi kepada saya mengenai film ‘setiap frame begitu berharga’. Kalimat itu selalu ia ucapkan saat ingin menonton film. Ia tidak ingin kehilangan satu detikpun dari sebuah film. Dia sangat gesit sekali jika ingin nonton film, telat satu menit saja, dia berlari-lari menuju bioskop. Saya berusaha menyamai langkah kakinya untuk mengejar dia, ‘cepetan ndut, udah telat ini’. Dalam hati saya berkata ‘belom telat ini mah, huh’ Namun sekarang, telat 1 jam pun mbem ga masalah.
Setengah jam kemudian, tibalah saatnya nomor antrean mbem dipanggil. Selesai mengurus pembayaran, kami pergi ke TIM. Masih malang-malang putung juga ternyata, karena telat 1 jam lebih, kami tidak diperbolehkan masuk bioskop. Itu sudah peraturannya.
          “Sial banget ya gua hari ini, hape ilang, di indosat tadi kelamaan, nyampe bioskop ga boleh masuk, padahal itu film dari ine,, yang udah lama banget dari aku suka dari SMA haduuuuuh..” mbem mengeluh
          “Heh, ga boleh bilang sial, siapa atau ada hikmahnya di balik ini semua, tuh mba ine samperin aja” hibur saya yang saat itu melihat ine di depan mata saya.
          “Ah malu aah ntar aja” jawab mbem
Acara nonton film selesai, saatnya dibuka acara diskus film, terlihat mba ine masuk ke dalam bioskop. Tak mau ambil risiko, mbem bertanya ke bagian informasi boleh masuk atau tidak, dan ternyata boleh. Kami masuk ke dalam bioskop dan mbem bingung mau bertanya apa karena ia tidak menonton filmya. Namun saat bertanya pada mba Ine ternyata filmnya boleh diminta kapanpun dan siapapun yang mau. Mba Ine pun memberikan nomor kontaknya yang bisa dihubungi, dan mbem sukses berfoto dengan sang idola. Senangnya bukan main dia.
          “Hah kenapa rasanya kok jadi balik lagi ya ke masa dulu saat masih semenggah di bidang film. Disaat aku udah mulai meninggalkan dunia perfilman pas masih kuliah, dan kembali ke band yang udah aku impi-impikan tapi justru jadi seneng lagi di film gara-gara ada Ine Febriyanti di bidang film” Mbem curhat.
          “Berarti kamu masih ababil mbem, belum dapet jati diri yang seutuhnya” jawab aku sok tau
Sebenarnya aku agak menciut dikit mbem berkata seperti itu, karena toh mbem bertemu dengan saya di satu organisasi film. Yang kemudian berlanjut menjadi pacar. Kesannya ia sudah tidak mengingat dan mengindahkan hal itu. Saya tidak ingin dikaitkan dengan itu.
          “Tuh hari ini ga sepenuhnya sial kan?” Hibur saya
          “He he tapi semua ini ada seneng ada sial ndut. Manggung maen drum dengan band itu impian banget ndut setelah sekian lama ga manggung. Terus ngefans sama Ine Febriyanti tuh dari SMA ndut, berapa tahun tuh, 8 tahun. Dan akhirnya ketemu juga, bisa ngobrol, foto bareng, hah Ine Febriyanti ndut, jarang ada yang kenal. Inget banget pas dia bawain acara ‘Fenomena’ dulu dari dia masih gadis, ampe dia hamil pun masih ngebawain acara itu. Dan akhirnya bisa ketemu juga haaaah. Bikin film pula, yang dulu aku respect banget sama film. Hah padahal lagi seneng-senengnya sama ngeband. Dua hal yang bikin aku seneng hari ini harus dibayar dengan sebuah hand phone. Haaaah”


***






Tidak ada komentar:

Posting Komentar